Tuesday, December 3, 2024

HILIRISASI PRODUK: Apa dan Bagaimana?



Pengantar

Dalam satu dekade terakhir, istilah hilirasi produk semakin mengumandang seiring dengan semangat bersama untuk memajukan ekonomi bangsa. Jargon hilirisasi ini menjadi isu utama dalam pemerintahan Jokowi yang sepertinya ingin dilanjutkan dan ditingkatkan pada era Prabowo saat ini. Istilah hilirisasi ini bukanlah sesuatu yang baru, yang selama ini lebih kita populerkan dengan istilah industrialisasi. Jadi hilirisasi tidak lain adalah aktivitas nilai tambah dari suatu produk tertentu, tepatnya merupakan proses pengolahan lebih lanjut dari produk primer/bahan mentah menjadi barang setengah jadi (intermediate products) atau barang jadi (final products). Tulisan ini akan coba membahas tentang bagaimana potensi dampak hilirisasi terhadap kemajuan dan pertumbuhan ekonomi nasional dan faktor-faktor apa yang harus diperhatikan agar bisa melakukan akselerasi atau percepatan.

Hilirisasi dan Perekonomian Nasional

Seperti dimaklumi, suatu perekonomian dibagi dalam tiga sektor utama yaitu sektor primer, sekunder, dan tersier. Sektor primer mengacu pada sektor menghasilkan produk primer atau bahan mentah (yaitu sektor pertanian secara umum, serta pertambangan) yang menjadi bahan baku untuk sektor industri (sekunder) maupun sektor tersier (jasa). Sektor sekunder atau industri adalah yang melakukan proses nilai tambah (value-added) dari barang-barang primer itu atau melakukan hilirisasi produk atau industrialisasi tadi, yang juga sekarang ini populer dengan istilah ekonomi kreatif. Selanjutnya, sektor tersier adalah sektor jasa yang melayani kepentingan untuk pengembangan sektor primer dan sekunder. Sektor jasa ini sangat penting yang terkait dengan pelayanan yang sifatnya kualitatif yang menyangkut banyak hal terutama jasa riset pengembangan, aktivitas-aktivitas peningkatan kualitas sumberdaya manusia, inovasi dan teknologi baik pada proses produksi pertanian maupun pada aktivitas-aktivitas nilai tambah, pemasaran termasuk jasa digital, distribuasi dan transportasi, keuangan dan penyediaan modal yang mudah dan murah, merupakan sektor yang akhirnya paling menentukan keberhasilan sektor primer dan sektot sekunder.

Negara-negara yang sedang berkembang atau lebih spesifik negara-negara miskin dan/atau negara pada awal perkembangannya lebih fokus pada sektor primer, dan belum banyak berkembang sektor industri dan sektor jasa, negara-negara yang sedang berkembang tersebut umumnya lebih besar tergantung pada sektor primer, yang dicirikan oleh kontribusi pertanian terbesar dalam perekonomian. Istilah negara agraris, bukanlah istilah yang patut dibanggakan karena itu menunjukkan ketergantungan yang besar pada sektor primer (pertanian), sementara sektor industri dan jasa belum berkembang dengan baik. Hal ini berbeda dengan istilah negara industri, yaitu negara yang memiliki kontribusi industri terbesar dalam komposisi perekonomiannya, yaitu negara-negara yang berhasil dalam proses hilirisasi produk atau industrialisasi. Negara-negara yang masuk kategori ini merupakan negara yang lebih makmur dan umumnya memiliki pendapatan per kapita lebih baik dari yang kelompok pertama. Seiring dengan perkembangan sektor industri tentu harus diikuti dengan perkembangan sektor tersier (jasa) yang tinggi pula. Kemampuan suatu negara mengembangkan sektor jasa ini bisa menjadikan suatu negara menjadi negara yang lebih maju dan sejahtera.

Kategorisasi negara berkembang dan maju sering dikaitkan dengan pendapatan (GDP- Gross Domestic Product) per kapita. Para ekonom berbeda pendapat tentang berapa besar pendapatan per kapita yang dikagorikan sebagai negara berkembang dan negara maju. Beberapa ekonom memandang bahwa dikatakan negara maju jika memiliki pendapatan per kapita $12.000 to $15.000 dan beberapa ahli lain menyebut negara yang memiliki pendapatan per kapita sebesar $25.000 or $30.000. Untuk diketahui, pendapatan per kapita Amerika Serikat pada tahun 2019 mencapai $65.111.Berdasarkan data Bank Dunia, produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia senilai US$ 3.869,59 per kapita setara Rp 54,58 juta per kapita (kurs Rp 14.105,1 per US$) pada 2020. Dengan nilai tersebut, PDB per kapita Indonesia berada di urutan kelima dari 10 negara anggota negara-negara Kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Pendapatan per kapita Indonesia tersebut mengalami penurunan dari 4.050 dolar AS pada 2019. Penurunan tersebut menyebabkan kelas perekonomian Indonesia di tingkat dunia anjlok dari upper middle income country atau negara berpendapatan menengah atas jadi lower middle income country atau negara berpendapatan menengah bawah.

PDB per kapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur rata-rata pendapatan per penduduk. Dengan data tersebut di atas maka rata-rata pendapatan penduduk Indonesia masih jauh tertinggal dengan Singapura. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 270 juta jiwa, PDB per kapita Indonesia masih termasuk rendah. dari kondisi perekonomian, Indonesia saat ini berada di urutan ke 16 dari 20 negara anggota G20. Ekonomi Indonesia menurut besaran PDB mencapai US$ 1,06 triliun pada 2020. Posisi Indonesia di bawah Meksiko yang berada di urutan ke-15 dan di atas Turki yang berada di posisi ke-17. Dalam konteks ini, maka Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata oleh negara lain karena posisi kekuatan ekonominya semakin menguat dari waktu ke waktu.

Faktor-faktor Akselerasi Hilirisasi

Hilirisasi merupakan suatu keharusan bagi Indonesia jika ingin memajukan perekonomiannya. Banyak hal yang harus dilakukan agar program hilirisasi ini bisa berjalan secara efektif dan berhasil. Berikut ini adalah beberapa faktor kunci yang harus mendapatkan perhatian yang serius. Fakfor pertama adalah adanya dukungan kebijakan dan regulasi pemerintah yang kondusif. Regulasi itu misalnya adalnya insentif yang memadai untuk pengembangan industri serta pembangunan infrastruktur yang mendukung akselerasi hilirisasi tersebut. Faktor kedua adalah terkait dengan adanya investasi yang memadai termasuk dalam inovasi dan teknologi.. Investasi ini harus dapat memaastikan mbahwa produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah yang kompetitif di pasar dibandingkan dengan barang-barang impor dan pasar internasional. Inverstasi harus melandaskan pada sumberdaya yang memiliki keunggulan komparatif sehingga produk yang dihasilkan dapat dihasilkan dengan biaya yang efisien sehingga dengan sendirinya akan memiliki keunggulan kompetitif dan mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi. Selain itu perlu juga didorong berkembangnya inovasi dan teknologi yang memadai untuk mendukung investasi tersebut, sehingga ekonomi kreatif yang efisien dan memiliki daya saing internasional bisa tercapai. Penggunaan teknologi modern dalam proses produksi dapat meningkatkan kualitas produk sekaligus efisiensi dari kegiatan hilirisasi yang dihasilkan. Kerja sama dengan mitra teknologi juga dapat membantu perusahaan mengadopsi inovasi terbaru. Faktor ketiga adalah adanya Rantai Pasok yang Kuat, yang menghubungkan antara produk hulu, tengah, dan hilir atau dengan kata lain adanya distribusi dari bahan baku, proses produksi, proses nilai tambah dan produk akhir yang dihasilkan melalui penguatan infrastruktur terkait. Faktor keempat adalah pengembangan sumber daya manusia. Tiga kompetensi utama yang mestinya dimiliki oleh pelaku hilirisasi adalah menyangkut kemampuan teknis, kemampuan manajerial, dan kemampuan komunikasi dan mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi yang sangat dinamis. Literasi digital menjadi sangat penting untuk saat ini, karena ekonomi digital telah berkembang sangat pesat dalam perekonomian suatu negara. Faktor kelima adalah program hilirisasi harus mampu menghasilkan produk yang memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) dan bahkan standar internasional, terutama terkait dengan regulasi keamanan dan lingkungan yang berlaku global sehingga bisa merebut pasar internasional yang semakin terbuka. ndar Kualitas. Faktor terakhir adalah perlu adanya analisis pasar yang cermat dalam kaitannya dengan pengembangan produk hilirisasi. Dengan persaingan produk yang semakin tinggi serta pasar global yang terbuka menuntut kita untuk menghasilkan produk yang memiliki prospek dan pangsa pasar yang memadai. Pengembangan market-oriented products menjadi suatu keharusan dalam pengembangan produk hilirisasi. Analsis pasar memungkinkan pengusaha untuk untuk memahami lebih jauh tentang kebutuhan konsumen dan juga mendeteksi pesaing-pesaing yang ada konteks pengembangan produk-produk dimaksud.

Penutup

Tidak dapat dibantah bahwa program hilirisasi adalah suatu terobosan yang harus dikembangkan kalau sungguh-sungguh ingin mewujudkan kekuatan ekonomi yang besar serta mensejahterakan rakyat. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi akselerasi hilirasi di atas, program hilirisasi produk dapat berjalan lebih efektif serta mampu meningkatkan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja baru, serta mendorong pertumbuhan ekonomi, serta bisa berdaya saing pada kancah internasional. Kalau hai ini bisa dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka mimpi kita untuk memcapai Indonesia Emas menjadi sesuatu yang sangat realistis.


No comments:

Benarkah PT Nol persen Untuk Capres dan Cawapres baik untuk Demokrasi Indonesia???

  Pendahuluan Saya sudah memposting sebelum nya yaitu pada tanggal 15 Januari 2022 tentang pentingnya PT 0 persen ini sebagai pilihan terbai...