Monday, August 24, 2015

FENOMENA MELEMAHNYA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS: Mengapa dan Harus Bagaimana?

Pengantar

Nilai tukar mata uang Rupiah (termasuk banyak mata uang negara-negara di Asia) yang semakin melemah dalam beberapa bulan terakhir ini telah memicu banyak kontroversi dan kekhawatiran tidak hanya dalam konteks perekonomian, tetapi juga sudah mulai merambah pada dimensi sosial dan politik. Pergerakan kurs atau nilai tukar suatu mata uang (Rupiah) terhadap mata uang asing (dollar AS) merupakan cerminan dari interaksi dan dinamika permintaan dan penawaran dollar Amerika sebagai akibat dari aktivitas perdagangan internasional dan dinamika investasi asing. Secara teoritis, nilai mata uang asing (dollar AS) akan meningkat karena permintaan uang asing tersebut  meningkat sementara penawarannya sedikit. Dengan kata lain,   permintaan (demand) dollar AS jauh lebih besar dari penawaran (supply) dalam pasar uang.

Sesungguhnya, tinggi rendahnya nilai tukar suatu mata uang bukanlah masalah yang terlalu serius, yang lebih penting justru  kestabilan (tidak fluktuatif) nilai tukar, karena tinggi rendahnya nilai tukar mata uang masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihannya.Tulisan ini akan mencoba mengkaji kenapa fenomena nilai tukar yang semakin tinggi itu terjadi dan bagaimana caranya agar fenomena ini tidak bisa berdampak negatif terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Fenomena Kurs dan dampaknya terhadap sektor produksi dan Konsumsi


Secara kasat mata, kalau nilai tukar Rupiah terhadap dollar melemah atau kurs dollar yang tinggi, maka akan berdampak negatif terhadap perekonomian terutama kalau sektor produksi atau sektor ril dalam negeri sangat tergantung dengan input dan bahan baku dari luar negeri, sehingga kalau dollar naik maka harga input tersebut menjadi lebih mahal sehingga biaya produksi meningkat yang selanjutnya diikuti dengan harga produk yang semakin meningkat (cost push inflation) sehingga daya saing produk kita baik dalam pasar domestik dan luar negeri menjadi tidak kompetitif dan menghadapi masalah dalam pemasaran sehingga perusahaan bisa mengalami kerugian. Pada sisi konsumsi, rakyat yang terbiasa membeli barang dan jasa yang merupakan produk luar negeri (impor) akan menghadapi krisis daya beli karena harganya menjadi jauh lebih mahal, sehingga tingkat konsumsi mereka akan menurun, dan ini berpengaruh terhadap sektor perdagangan akan barang dan jasa tersebut. Dengan demikian, harga mata uang asing yang tinggi akan melemahkan perekonomian nasional, terutama negara yang masih banyak tergantung pada barang dan jasa luar negeri, seperti Indonesia.

Karena alasan inilah maka Bank Indonesia selaku pihak yang berhubungan langsung dengan pergerakan kurs ini harus berjuang ekstra keras tidak hanya menurunkan nilai tukar tetapi yang lebih penting adalah bagaimana gejolak pergerakannya tidak terlalu fluktuatif (aspek volatilitas rupiah). Instrumen yang dilakukan BI tidak terlepas dari bagaimana mempengaruhi jumlah permintaan dollar dalam negeri serta suplainya.

Tetapi kelihatannya BI menjadi sangat kewalahan meskipun cadangan devisa BI sekarang cukup tinggi tetapi pergerakan nilai tukar dollar AS sulit dikendalikan, termasuk juga karena volume rupiah dalam perdagangan internasional relatif kecil. Hal ini bisa dimengerti karena fenomena ini tidak hanya menyangkut persoalan pasar uang dalam negeri  tetapi juga masalah perekonomian luar negeri, terutama di Amerika Serikat.

Khusus untuk masalah luar negeri, ada dua fenomena yang ikut mempengaruhi kinerja rupiah. Pertama, adanya kebijakan devaluasi (menurunkan nilai tukar mata uang Yuan China) terhadap nilai dollar Amerika, sehingga mempunyai imbas terhadap nilai tukar rupiah (ikut melemah) karena volume perdagangan dan mata uang Yuan sudah cukup tinggi sehingga pergerakan kursnya secara otomotis berpengaruh terhadap mata uang lain di Asia, apalagi volume perdagangan Indonesia dan China juga tidak kecil. Faktor kedua adalah akibat dari kebijakan moneter di Negara Paman Sam sendiri yang menaikan tingkat bunga bank Federal - the Federal Reserve (BI nya AS) sehingga dollar AS banyak tersimpan dalam perbankan sehingga jumlah dollar yang beredar berkurang (supply dollar menurun).  

Apa yang Mesti Dilakukan?

Dengan langkanya dollar di pasar uang yang terbatas (supply kecil) sementara permintaanna tetap tinggi maka langkah yang harus ditempuh adalah bagaimana upaya-upaya yang bisa dilakukan agar bisa mempengaruhi sisi penawaran-supply (meningkatkan jumlah dollar yang beredar) dan bagaimana menekan permintaan akan dollar AS pada sisi yang lain.

Pada sisi penawaran bisa dipengaruhi dengan memperbaiki kinerja ekspor barang dan jasa Indonesia ke luar negeri yang tentu saja bisa menghasilkan devisa (dollar). Dengan devisa yang besar bisa sebagian digunakan untuk membiayai impor dan juga bisa untuk cadangan devisa BI untuk menjaga stabilitas rupiah (volatilitas). Tentu saja efisiensi usaha menjadi sangat penting agar harga barang dan jasa menjadi sangat kompetitif di pasar global saat ini. Tentu saja pemerintah harus berusaha bagaimana agar industri dalam negeri bisa lebih efisien dan kompetitif baik melalui kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter. 

Pada sisi permintaan dollar bisa dipengaruhi melalui pembatasan penggunaan input atau bahan baku luar negeri serta barang dan jasa produksi luar negeri. Semboyan cintailah produk-produk Indonesia atau dalam negeri menjadi sangat penting. Nasionalisme semacam ini penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi dalam negeri (domestik), dan hal ini hampir digunakan oleh semua negara. Pada sisi produksi (sektor ril) pemerintah harus mendorong agar industri menggunakan bahan baku dalam negeri dan mengurangi impor. Oleh karena itu, pemerintah mesti ada kebijakan afirmasi terhadap perusahaan atau industri yang menggunakan input dalam negeri (misalnya perusahaan dengan local content di atas 75 persen) diberikan perlakuan khusus. Selain itu, pemerintah harus lebih memacu kinerja ekonomi di sektor- sektor primer (pertanian misalnya) serta sektor penyedia bahan baku industri lainnya. Upaya peningkatan produksi, kualitas produksi serta kontinuitas-keberlanjutan menjadi sangat penting. Karena kalau kebutuhan pangan dan input-input tertentu bisa dihasilkan secara domestik maka akan bisa menghemat devisa yang tidak sedikit, dan ini bisa mempengaruhi sisi permintaan mata uang asing (khususnya dollar).

Ternyata pada dunia yang semakin mengglobal ini, ternyata kemandirian ekonomi bangsa menjadi jauh lebih penting. Fondasi ekonomi harus sangat kuat, dan ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin sumberdaya alam dan manusia dalam negeri, sehingga ekonomi tumbuh dan besar karena kekuatan sendiri bukan tergantung pada asing. Sumberdaya asing (barang dan jasa) tentu saja tetap penting karena tidak semua barang dan jasa bisa diproduksi secara efisien dalam negeri (terkait konsep spesialisasi dan daya saing). Walaupun begitu sumberdaya asing tersebut haruslah dipandang sebagai pelengkap dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Pada akhirnya, adalah patut juga untuk dipikirkan tentang realisasi pembentukan mata uang bersama ASEAN, seperti yang terjadi pada Euro, sehingga mata uang bersama itu bisa menjadi kuat dan agak sulit digoyang oleh kepentingan-kepentingan di luar ASEAN. Wallahu 'alam bissawab.



No comments:

Ide Tambahan Masa Jabatan Presiden

Setelah wacana presiden tiga periode mereda, kini muncul ide yang lebih gila lagi yaitu perpanjang masa jabatan presiden tiga tahun lagi. Id...