Setelah era reformasi bergulir, salah satu terobosan maju dalam sistem demokrasi kita adalah diberlakukannya Pemilihan Langsung Kepala Daerah (PILKADA) baik untuk pemerintah propinsi maupun kabupaten/kota. Selanjutnya dengan dibolehkannya calon independen dalam kontes Pilkada semakin menambah peluang dan pilihan masyarakat dalam menentukan pemimpin mereka. Semakin banyak pilihan semakin bagus bagi masyarakat, sehingga akan muncul mereka yang betul-betul terbaik untuk memimpin suatu daerah. Dan sistem demokrasi yang sehat akan menjamin terpilihnya orang-orang terbaik di kalangan mereka. Tapi, ada pandangan bahwa kualitas pemimpin itu tergantung dari kualitas rakyatnya. Kalau rakyat alim, maka akan cenndrung memilih mereka yang alim dan baik, dan masyarakat yang korup akan toleran terhadap pemimpin yang korup. Sehingga ada yang berpandangan bahwa ada kemungkinan bangsa yang korup melahirkan pemimpin yang korup.
Pemimpin yang baik dan pemimpin yang korup berbeda dalam hal bagaimana cara mereka memperoleh kekuasaan dan pada siapa sesungguhnya yang mereka layani. Mereka yang korup cendrung menggunakan segala cara untuk memperoleh kekuasaan, tidak memandang uang itu halal, atau haram, sumbernya bersih atau kotor, yang penting hal itu bisa menjamin keberhasilannya. Mereka yang korup hanya akan melayani diri mereka, kelompok mereka, ras mereka, golongan mereka, Partai Mereka, dan Tim Sukses mereka. Kalau kelompok yang dilayani berhasil diperhatikan, maka kepemimpinan mereka dipandang sukses.
Bagaimana kalau pemimpin yang baik. Mereka akan melakukan sesuatu yang baik untuk memperoleh sumberdaya untuk memenangkan dirinya. Masyarakat mendukungnya, mengharapkannya, dan mensukseskannya semata-mata karena mereka ingin diperlakukan secara baik, diberi kesempatan terbuka untuk bersaing, hormati hak-hak mereka, perlakukan mereka sebagai manusia yang beradab yang berkeadilan, dan sebagainya. Hal itu bukan retorika tetapi perbuatan nyata. Pemimpin seperti ini sangat dirindukan kehadirannya dan sangat ditangisi kepergiannya.
Oleh karena itu, bagi mereka yang berambisi jadi pemimpin daerah, perlu merenungi hal ini, apakah anda mau menjadi pemimpin yang baik atau yang korup. Kalau anda salah pilih, lebih baik jangan karena anda tidak hanya akan mencelakakan anda dan keluarga anda tetapi juga bangsa dan negara.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Benarkah PT Nol persen Untuk Capres dan Cawapres baik untuk Demokrasi Indonesia???
Pendahuluan Saya sudah memposting sebelum nya yaitu pada tanggal 15 Januari 2022 tentang pentingnya PT 0 persen ini sebagai pilihan terbai...
-
Addinul Yakin [1] Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram Jl. Majapahit 62, Mataram. E-mail:deo2yaki...
-
Pendahuluan Saya sudah memposting sebelum nya yaitu pada tanggal 15 Januari 2022 tentang pentingnya PT 0 persen ini sebagai pilihan terbai...
-
PENGANTAR Tidak terasa Prabowo telah memegang tampuk kekuasaan di Republik Indonesia selama 60 hari ketika tulisan ini dibuat. Ini menjadi...
No comments:
Post a Comment